Pengertian Psikolinguistik
Psikolinguistik yaitu suatu disiplin ilmu
yang bertujuan mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima
dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat stuktur bahasa,
bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu
memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
Tujuan Mempelajari Psikolinguistik
Yaitu untuk membantu menyelesaikan permasalahan kompleks
manusia dalam pembelajaran berbahasa, karena selain berkenaan dengan masalah
berbahasa, juga berkenaan dengan kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa
itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tapi juga berlangsung secara
mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau
kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran
bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara
psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik.
Sejarah Kelahiran Psikolinguistik
Istilah
psikolinguistik muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok dan Charles
E. Osgood yang berjudul Psycolinguistics : A Survey of Theory and Research
Problems. Namun sebenarnya sejak jaman Panini, ahli tata bahasa dari India, dan
Sokrates, ahli filsafat dari Yunani, pengkajian bahasa dan berbahasa telah
dilakukan. Tentu saja kajian mereka
tidak terlepas dari aliran filsafat yang mereka anut, karena memang filsafat
merupakan induk dari semua disiplin ilmu.
Pada awalnya, psikolinguistik bermula dari adanya
pakar linguistik yang berminat pada psikologi, dan adanya pakar psikologi yang
berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antara
pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian muncullah pakar-pakar
psikolinguistik sebagai disiplin ilmu.
Posisi Psikolinguistik dalam Kajian Linguistik
Dalam kajian linguistik, Psikolinguistik berperan
sebagai ilmu antardisiplin antara psikologi dan linguistik yang mengkaji bahasa
dan hakikat bahasa sebagai objek formalnya. Karena berasal dari dua displin
yang berbeda; yaitu psikologi dan linguistik, maka objek materialnya pun
berbeda. Linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji
perilaku berbahasa atau proses berbahasa.
Pentingnya Psikolinguistik dalam Studi Linguistik
Psikolinguistik berperan penting karena mencoba
menerapkan pengetahuan psikologi dan llinguistik pada masalah-masalah seperti
pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan
membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata
seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang
menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa
dan bangsa.
Tujuh Subdisiplin Psikolinguistik, yaitu:
- Psikolinguistik Teoretis
- Psikolinguistik Perkembangan
- Psikolinguistik Sosial
- Psikolinguistik Pendidikan
- Psikolinguistik-Neurologi (Neuropsikolinguistik)
- Psikolinguistik Eksperimen
- Psikolinguistik Terapan
Fokus Kajian Psikolinguistik Pada Fakultas Pendidikan, yaitu:
- Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan
dengan proses pemerolehan berbahasa, baik pemerolehan bahasa pertama maupun
pemerolehan bahasa kedua. Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi,
proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara
berjenjang, bertahap, dan terpadu.
Pemerolehan bahasa adalah
proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Sedangkan pembelajaran bahasa
berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari
bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Ada dua proses yang terjadi
ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses
kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata
bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses ini menjadi syarat
terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua proses, yaitu proses
pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat.
Proses pemahaman melibatkan kemampuan memngamati atau kemampuan mempersepsi
kalimat-kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan
mengeluarkan kalimat sendiri. Proses kompetensi ini apabila telah dikuasai
anak-anak akan menjadi kemampuan linguistik anak-anak. Jadi, kemampuan
linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan kalimat
baru yang dalam linguistik transformasi generatif disebut perlakuan, atau
pelaksanaan bahasa, atau performansi.
Teori yang berkaitan dengan
pemerolehan bahasa, diantaranya:
1.
Hipotesis
Nurani
Terdapat dua macam hipotesis
nurani, yaitu hipotesis nurani bahasa (merupakan satu asumsi yang menyatakan
bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh
tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang khusus dari organisme manusia)
dan hipotesis nurani mekanisme (merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa
proses pemerolehan berbahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif
umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman.
2.
Hipotesis
Tabularasa
Tabularasa secara harfiah
berarti ’kertas kosong’, dalam arti belum ditulisi apa-apa. Lalu, hipotesis
tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti
kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Menurut Skinner (1957)
berbicara merupakan satu respon operan yang dilazimkan kepada suatu stimulus
dari dalam atau dari luar, yang sebenarnya tidak jelas diketahui. Untuk
menjelaskan hal ini Skinner memperkenalkan sekumpulan kategori respon bahasa
yang hampir serupa fungsinya dengan ucapan, yaitu:
a. Mands
Kata Mands adalah akar dari
kata command, demand, dan lain-lain. Satu Mand adalah satu operan bahasa di
bawah pengaruh stimulus yang bersifat menyingkirkan, merampas, atau
menghabiskan. Di dalam tata bahasa, Mand ini sama dengan kalimat imperatif.
b. Tacts
Tacts adalah benda atau
peristiwa kongkret yang muncul akibat adanya stimulus.
c. Echoics
Yaitu auatu perilaku berbahasa
yang dipengaruhi oleh respons orang lain sebagai stimulus dan kita meniru
ucapan itu.
d. Textuals
Yaitu perilaku berbahasa yang
diatur oleh stimulus tertulissedemikian rupa sehingga bentuk perilaku itu
mempunyai korelasi dengan bahasa yang tertulis itu.
e. Intra verbal operant
Yaitu operan berbahasa yang
diatur oleh perilaku berbahasa terdahulu yang dilakukan atau dialami penutur.
3.
Hipotesis
Kesemestaan Kognitif
Menurut teori ini, bahasa
diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Srtuktur ini
diperoleh anak-anak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang di
sekitarnya.
Dewasa ini, seperti juga dalam
linguistik, dalam kognitifisme perhatian juga lebih ditujukan pada masalah
makna (semantik) serta peranannya dalam pemerolehan bahasa.
Hipotesis kesemestaan kognitif
dalam psikologi ini sejalan dengan hipotesis nurani mekanisme dalam linguistik.
Perbedaannya terletak pada nama saja karena dikemukakan oleh dua disiplin ilmu
yang berbeda yang saling mempengaruhi: hipotesis kesemestaan kognitif oleh
psikologi sedangkan hipotesis nurani mekanisme oleh linguistik modern.
- Psikollinguistik Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji
aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di sekolah.
Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran
berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam
proses memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.
Ada dua tipe pembelajaran
bahasa, yaitu:
1. Tipe Naturalistik
Bersifat alamiah, tanpa Guru,
dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan
bermasyarakat.
2. Tipe Formal
Berlangsung di dalam kelas
dengan Guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah disiapkan.
Hipotesis-hipotesis
pembelajaran bahasa diantaranya:
a. Hipotesis Kesamaan antara B1 dan B2
b. Hipotesis Kontrastif
c. Hipotesis Krashen
Adapun faktor-faktor penentu
dalam pembelajaran Bahasa kedua diantaranya:
a. Faktor Motivasi
b. Faktor Usia
c. Faktor Penyajian Formal
d. Faktor Bahasa Pertama
e. Faktor Lingkungan
Pokok Bahasan Psikolinguistik, antara lain:
- Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang ”dimiliki” oleh seseorang sehingga dia mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen-komponen apa saja?
- Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir? Di manakah bahasa itu berada atau disimpan?
- Bagaimanakah bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang kanak-kanak? Bagaimana perkembangan penguasaan bahasa itu? Bagaimana bahasa kedua itu dipelajari? Bagaimana seseorang bisa menguasai dua, tiga, atau banyak bahasa?
- Bagaimana proses penyusunan kalimat atau kalimat-kalimat? Proses apakah yang terjadi di dalam otak waktu berbahasa?
- Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinya sebuah dialek? Bagaimana proses berubahnya suatu dialek menjadi sebuah bahasa baru?
- Bagaimana hubungan bahasa dengan pemikiran? Bagaimana pengaruh kedwibahasaan atau kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?
- Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapatkan gangguan berbicara (seperti afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?
- Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? Dan sebagainya.
Manfaat Mempelajari Psikolinguistik Bagi Guru dan atau Calon Guru Bahasa Indonesia
Manfaat yang bisa diambil diantaranya:
- Dapat mengetahui sejarah kelahiran dan perkembangan psikolinguistik sebagai suatu disiplin mandiri.
- Dapat membantu Guru dalam memahami siswanya yang berbeda dalam hal kecerdasan.
- Dapat mengetahui bagaimana bahasa pertama dan bahasa kedua itu diperoleh.
- Dapat mengetahui mengapa seseorang bisa menderita penyakit bertutur dan bagaimana cara menyembuhkannya.
- Dapat membantu Guru dalam mengajarkan bahasa kedua supaya hasilnya baik.
- Dapat mengetahui bagaimana suatu dialek itu tercipta.
- Dapat mengetahui bagaimana proses yang terjadi di dalam otak ketika berbahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar