Kamis, 29 Maret 2012

Pak Haris nangis???


Apa yang mungkin dirasakan oleh anak-anak kelas 6SD ketika melihat seorang Guru lelaki menangis sejadi-jadinya?
Hmm.. itu saat yang membuat semua tabuh genderang terdiam, semua perkelahian kecil kami terabai, dan semua tawa kami tertahan. Semua terpaku menatap Pak Haris, begitu kami memanggil namanya yang sesaat lalu mengajarkan kami semua seni memainkan seruling dengan santainya, dan sesaat kemudian dia mengharu meluapkan emosi yang semula ditahannya.
Aku bertanya pada diriku sendiri tentang apa yang menyebabkannya begitu terisak, tapi tak tahu jawabnya. Aku bertanya pada kawan lainnya, juga tak tahu jawabnya. Setelah tangisnya mereda, Kami pun dengan sedikit takut mencoba menanyakan apa yang menjadi alasannya mengeluarkan air mata.
”Pak, apa yang membuat Bapak menangis? Maaf  kalau kenakalan kami membuat Bapak jengkel.”
”...(menghela nafas).. bukan, bukan itu.” Jawabnya berusaha menenangkan diri.
”Lalu apa?”
”Kalian tahu tidak cerita dari lagu yang Bapak ajarkan ini?”
”Tidak.”
”Baiklah, akan Bapak ceritakan.”
”Lagu Bandung Selatan di Waktu Malam ini terinspirasi dari keberanian seoarang anak, Ade Irma Nasution namanya. Dia adalah anak seorang Jenderal Besar kita waktu perang. Ketika suatu malam, Belanda membabi buta dan menyerang semua penduduk kota Bandung, mereka memasuki tiap rumah dan menembaki warga tanpa ampun. Ketika masuk ke rumah Jenderal A.H.Nasution, mereka pun bermaksud untuk menembak Jenderal itu, namun dengan keberaniannya, Ade Irma menghalangi sang ayah dan menggantikan ayahnya untuk merasakan peluru di tubuhnya. Sang Jenderal pun bisa melarikan diri. Tapi sayang, anak kesayangannya itu meninggal, mengorbankan dirinya demi ayah kesayangannya.”
”Oh..” (ternyata seorang lelaki dewasa pun juga menangis ya??!!)
”Begitulah. Bapak terbawa perasaan ketika kalian menyanyikannya. Bapak membayangkan, mungkin Ade Irma Nasution seumuran kalian saat mengalami peristiwa itu, tapi dengan gagah berani mengambil tindakan yang mungkin tak terfikirkan orang dewasa sekalipun. Terlintas di benak Bapak, betapa harus kita bersyukur. Karena saat ini kita bisa berkumpul disini, menimba ilmu tanpa khawatir suara dentuman bom dan peluru yang akan mengobrak-abrik kelas kita, bisa tertawa riang bersama orang-orang yang kita sayangi, dan bisa bercanda ketika kita bersama. Bapak juga harus berterima kasih padanya, pada Ade Irma Nasution, karena mengingatkan Bapak tentang kasih sayang pada anak-anak seperti kalian, yang mungkin akan melakukan hal yang sama pada Bapak yang kalian sayangi, tapi apakah Bapak sanggup melakukan hal yang sama dengan kasih sayang yang begitu besar telah kalian berikan? 
Mungkin juga perenungan bagi kalian, sudah setingkat itukah kasih sayang kalian pada ayah kalian?
Tapi, Bapak bangga mempunyai murid-murid seperti kalian. Bersemangat, ceria, dan rajin.”

Sejenak kelas menjadi berjiwa, yang terpancar dari senyuman di wajah-wajah mungil nan berseri itu.

”Kami sayang Bapak..!!!” Dengan wajah seperti ingin memeluk Pak Guru yang satu ini.
”Bapak juga sayang kalian.
Sekarang, mari kita nyanyikan sekali lagi lagu Bandung Selatan di Waktu Malam ini lebih bersemangat, dengan perasaan syukur karena sekarang kita masih bisa hidup bahagia dengan ayah yang kita sayangi.”
”hore..!!!”
”Ayo kita mulai..!!!”  

kini  hampir sepuluh tahun sejak lulus SD,  aku tak pernah bertemu lagi dengan  mereka.
apa mereka masih mengingat peristiwa itu ya?

1 komentar: