Minggu, 03 Juni 2012

Kamis, 29 Maret 2012

Menulis Bahan Ajar


 


Menulis Bahan Ajar


A. Standar Kompetensi
Berbicara: Mengungkapkan secara lisan informasi dari hasil membaca.


B. Kompetensi Dasar
Memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.


C. Indikator:
1.      Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan situasi komunikasi secara tepat, menarik, dan kreatif.
2.      Memanfaatkan sinonim atau parafrasa untuk menghindari pengulangan mubazir kata yang sama dalam satu kalimat atau paragraf.
3.      Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan situasi komunikasi dalam hal ragam dan laras bahasa.
4.      Membedakan pemakaian kata bersinonim yang berbeda makna leksikal, kontekstual, situasional, makna struktural, dan metaforis.


D. Materi Pembelajaran
Contoh teks:

Mengurai Manfaat Hipnotic Parenting

Mendidik anak, gampang-gampang susah, jika terlalu lembut, tak hanya membuat menjadi manja, tapi juga menjadi pribadi lembek. Sebaliknya, mendidik mereka dengan keras, bisa membuat anak-anak bermental ”pemberontak”.

Inilah tantangan bagi para orang tua. Bagaimana seni dalam mendidik anak-anak agar jadi pribadi yang tak hanya membahagiakan kedua orang tuanya, namun juga menjadi manusia yang bermanfaat bagi Islam. Agama dan sekaligus kehormatan yang harus dijaga dan dibela.

Selain ilmu mendidik anak-anak yang dapat ditelaah di Al-Quran dan Hadis, ilmu modern turut serta menyumbang cara dan tekhnik dalam mendidik anak. Salah satunya adalah hipnoterapi. Cabang dari ilmu psikologi yang mengeksplorasi alam bawah sadar manusia.

Sekarang ini, hipnoterapi tak hanya diterapkan dalam sesi terapi bagi orang dewasa yang ”bermasalah”kondisi psikisnya, namun juga bermanfaat bagi anak-anak. Bahkan, popularitas hipnoterapi sebagai salah satu cara mendidik anak semakin meningkat. Para orang tua atau praktisi anak mulai banyak yang menggunakannya. Metode ini pun dikenal dengan nama hypnotic (Hipno) parenting.

Hipno parenting adalah ilmu dan seni mendidik anak dengan menggunkan prinsip-prinsip hipnotis. Melalui hipno parenting, sahabat bisa menjadi orang tua yang mampu ”mengendalikan” perilaku anak-anak dengan bijaksana. Inti dari hipno parenting adalah mempelajari cara berfikir anak-anak, serta mengajarkan cara menanamkan sugesti kepada anak-anak untuk kebaikan mereka sendiri. Hipnosis langsung memasuki pikiran bawah sadar anak-anak. Sehingga, program-program negatif yang tertanam di fikiran bawah sadar mereka bisa dilepaskan dan proram-program kesuksesan bisa mulai ditanamkan sejak dini.

Permasalahan yang jamak ditemui pada anak-anak seperti bagaimana meningkatkan prestasi sekolah, konsentrasi dalam belajar, dapat diatasi. Bahkan, setelah menjalani sesi-sesi hipnoterapi secara rutin, kesehatan fisik anak-anak pun dapat dioptimalkan.

Berikut ini beberapa manfaat dari hipno parenting. Jika tertarik mencobanya, pastikan sudah paham secara lengkap bagaimana ilmu ini bekerja.
1.      Meningkatkan rasa percaya diri pada anak
2.      Meningkatkan performa pendidikan anak sekolah.
3.      Melepaskan depresi anak-anak
4.      Melepaskan gelisah, ketakutan, dan phobia anak.
5.      Weight loss
6.      Berhenti merokok pada anak-anak
7.      Mengurangi rasa sakit atau stress pada penderita penyakit tertentu.


E. Metode Pembelajaran
1.      Penugasan
2.      Tanya jawab


F. Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
1.      Motivasi : mengkondisikan kelas.
2.      Apersepsi : Guru mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi sebelumnya.
Kegiatan Inti
1.      Eksplorasi
Guru mengajukan beberapa pertanyaan mengenai contoh ungkapan, contoh ragam bahasa, dan contoh sinonim.
2.      Elaborasi
Guru menyempurnakan jawaban siswa disertai penjelasan tambahan mengenai ungkapan, ragam, dan laras bahasa yang sering digunakan.
3.      Konfirmasi
Siswa mencari ungkapan yang terdapat dalam teks tersebut, mendata pokok-pokok yang terdapat pada isi teks tersebut, mengenali ragam dan laras bahasa yang digunakan, mencari dan menemukan sinonim yang berbeda makna leksikal dari teks tersebut, mencari dan menemukan sinonim yang berbeda makna struktural dari teks tersebut.
Penutup
1.      Siswa diminta  menjelaskan perbedaan sinonim yang berbeda makna struktural dan makna leksikal dari teks.
2.      Siswa mendata contoh ungkapan yang terdapat dalam teks.
3.      Siswa dan Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

G. Bahan Ajar
1.      Pustaka rujukan: Panduan Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMK kelas X karya Erien Komaruddin.
2.      Majalah Swadaya.


H. Penilaian

No
Indikator
Soal
Jawaban
Skor
1.
Membaca sebuah teks, kemudian mencari ungkapan yang terdapat dalam teks tersebut.
1. Bacalah sebuah karya sastra,  kemudian cari ungkapan yang terdapat dalam teks tersebut!
Jawaban disesuaikan dengan hasil pekerjaan siswa.
50
2.
Membahas ragam dan laras bahasa yang digunakan dalam teks tersebut.
2. Sebutkan ragam dan laras bahasa yang digunakan dalam teks tersebut!
Jawaban disesuaikan dengan hasil pekerjaan siswa.
50








Kata Majemuk


I.Pendahuluan
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas pemajemukan atau kata majemuk. Adapun segi yang akan di bahas yaitu pengertian, jenis, ciri-ciri, dan struktur kata majemuk. Beberapa konsep jenis elemen yang memungkinkan terjadinya kata majemuk yaitu ; kata, pokok kata, akar, dan morfem unik.

Untuk mendapat suatu gambaran yang jelas, kita harus meninjau sejarah terbentuknya kata-kata majemuk tersebut. Menurut sejarah kata-kata majemuk itu pada mulanya merupakan urutan kata yang bersifat sintaksis. Dalam urutannya yang bersifat sintaksis tadi, tiap-tiap bentuk mengandung arti yang sepenuhnya sebagai sebuah kata. Tetapi lambat laun karena sering dipakai, hubungan sintaksis itu menjadi beku; dan sejalan dengan gerak pembekuan tersebut, bidang arti yang didukung tiap-tiap bentuk juga lenyap dan terciptalah bidang arti baru yang didukung bersama. Dan dalam proses ini tidak semua urutan itu telah sampai kepada taraf terakhir. Ada urutan kata yang masih dalam gerak ke arah pembekuan, ada yang sudah sampai kepada pembekuan itu. Yang masih dalam gerak itu dapat disebabkan karena gabungan itu memang sifatnya sangat longgar atau karena istilah tersebut baru saja tercipta.

Membahas pemajemukan atau kata majemuk berarti kita dapat mengetahui kemungkinan yang menjadi struktur elemen pembentuk kata majemuk tersebut beserta fungsinya masing-masing. Menurut tipe konstruksinya kata majemuk dapat di bedakan menjadi 2 macam yaitu : kata majemuk setara dan kata majemuk tidak setara. Sedangkan menurut sifatnya, kata majemuk terbagi atas : kata majemuk eksosentris dan kata majemuk endosentris.





II. Teori
A.    Pengertian
1.      Pemajemukan  adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua     buah kata yang menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 1985 ).          
2.      Pemajemukan adalah proses pembentukan suatu konstruksi melalui penggabungan 2 morfem / kata atau lebih (Samsuri, 1978 ).
3.      Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti Kridalaksana, 1982 )
4.      Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata yang menimbulkan pengertian baru yang khusus (TBBI, 1988 : 168)
Hasil dari pemajemukan disebut dengan kata majemuk atau kompositum.
      B.  Jenis kata majemuk
   1.  Menurut Samsuri
a.      Kata majemuk endosentrik,yaitu kata majemuk yang mempunyai inti dari gabungan kedua kata tersebut. Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.
b.      Kata majemuk eksosentrik, yaitu kata majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan inti. Contoh: tua muda, hancur lebur, kaki tangan, dan lain-lain.


2. Menurut Harimurti
a.      Kata majemuk asintaksis, yaitu kompositum yang bagian-bagiannya mempunyai hubungan yang lain seandainya dipakai kata yang bebas.
b.      Kata majemuk sintaksis, yaitu kompositum yang anggotanya mempunyai hubungan yang sama dengan konstruksi yang berupa frase.
c.       Kata majemuk iteratif, yaitu kompositum yang terdiri atas unsur-unsur yang sama.
d.      Kata majemuk kopulatif, yaitu kompositum yang terdiri atas konstituen-konstituen yang sederajat, seolah-olah digabungkan dengan kata dan.
e.       Kata majemuk pangkal, yaitu kompositum yang terdiri dari dua pangkal atau lebih.
f.        Kata majemuk sintesis, yaitu kompositum yang sama atau salah satu unsurnya berupa bentuk terikat.
B.     Ciri-ciri kata majemuk
1.      menurut M. Ramlan
  1. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
            Yang dimaksud dengan istilah pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat di jadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misalnya : juang, temu, lomba, tempur, tahan, dan masih banyak lagi.
Satuan gramatik yang unsurnya berupa kata dan pokok kata, atau kata semua, berdasarkan ciri ini, merupakan kata majemuk. Unsur yang berupa kata dan pokok kata misalnya : kolam renang, pasukan tempur, barisan tempur, medan tempur, brigade tempur, daya tempur, lomba lari, tenaga kerja dan masih banyak lagi. Sedangkan unsur yang berupa kata yaitu kolam, pasukan, barisan, medan, brigade, daya, lari, kamar, jam, waktu, tenaga dan masa. Dan untuk kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya terima kasih, lomba tari, lomba rias, lomba nyanyi, lomba renang, tanggung jawab, simpan pinjam, jual beli, dan sebagainya.
b.      Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya.
Misalnya :
²  ia menjadi kaki tangan musuh
²  ia menjadi kaki dan tangan musuh
²  kaki dan tangannya sudah tidak ada

dari kalimat di atas terlihat bahwa  kaki tangan merupakan kata majemuk karena kedua unsurnya tidak mungkin di pisahkan. Satuan anak buah berbeda dengan anak orang sekalipun unsurnya sama, berupa kata nominal semua. Pada anak orang unsur anak dan orang dapat dipisahkan, atau dapat diubah struktunya. Tetapi unsur-unsur pada anak buah tidak dapat dipisahkan dan juga tidak dapat diubah strukturnya. Demikianlah dapat disimpulkan bahwa anak buah adalah kata majemuk, sedangkan anak orang adalah frase. Berikut beberapa contoh kata majemuk berdasar ciri ini : ruang makan, baju dalam, daun pintu, mata pencaharian, pejabat tinggi, kapal terbang, anak timbangan, dan lain-lain.

  1. Salah satu atau semua unsurnya berupa morfem unik.
Morfem unik yaitu morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu   satuan tertentu. Misalnya simpang siur, gelap gulita, terang benderang.

  1. Menurut kesimpulan hasil simposium tata bahasa pada tanggal 20 oktober 1979 di fakultas sastra UI

a.      Konstruksi kata majemuk memperlihatkan derajat keeratan yang tinggi sehingga merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
b.      Konstruksi kata majemuk berperilaku sebagai kata.
c.       Konstruksi kata majemuk itu ditentukan oleh ciri dari sekurang-kurangnya satu konstituen yang memperlihatkan asosiasi atau afinitas yang konstan terhadap konstituen yang lain dalam konstruksi ini.
d.      Sebagai pangkal tolak penelitian lebih lanjut terhadap konstruksi majemuk, terutama derajat kepukalannya, dapatlah dibuat daftar konstruksi menurut kontinum kepukalan.
e.       Karena batas kontinum tidak jelas, maka dapatlah konstruksi peralihan antara yang jelas bersifat majemuk dan yang jelas bersifat frasa. Masalah penamaa harus mendapat kesepakatan lebih lanjut.

  1. Struktur
Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya dapat di bedakan menjadi ;
  1. Nomina (n) + nomina(n) ; anak sungai, alat negara dsb.
  2. Adjektif(a) + nomina(n) ; merah jambu, kecil hati dsb.

Teori yang akan di pakai dalam pembahasan ini adalah teori dari M. Ramlan karena dilihat dari penjelasan dan ciri yang di kemukakan sudah cukup jelas untuk menerangkan apa itu kata majemuk sehingga kita dapat menganalisanya dengan lebih mudah.
III. Data
Kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi unsur bebas yang lebih kecil. Tangan, ibu, kota, jari dan sebagainya adalah beberapa contohnya. Sebagai bentuk bebas kata biasanya dapat diisolasikan, seperti pada sifat kata ibu di bawah ini.
  • Ayah akan bertemu ibu (“wikipedia, 2010, 11”).
  • Ayah akan bertemu dengan ibu.
  • Ayah akan bertemu paman dan ibu.

Kata beli, tukar, dengar, ukur, dan sebagainya adalah calon kata yang sebenarnya belum dapat berdiri sendiri. Bentuk-bentuk ini akan menjadi kata apabila diberi imbuhan sehingga menjadi membeli, ditukar, terdengar, pengukur, dan sebagainya. Bentuk-bentuk yang tergolong pokok kata ini dapt digunakan untuk membentuk kalimat perintah tanpa bantuan afiks, seperti terlihat dalam kalimat berikut ini.

  1. Beli saja buku itu! (“wikipedia, 2010, 11").
  2. Kalau rusak, tukar saja dengan yang baru.

Akar adalah bentuk asal yang terikat. Satuan lingual yang disebut akar ini tidak dapat berdiri, dan tidak dapat digunakan sebagai kata kerja kalimat perintah tanpa diikuti oleh afiks lain. Contoh satuan lingual ini misalnya juang, temu, sua, tengger, dan sebagainya. Seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.

  1. Juang sekuat tenaga (“wikipedia, 2010, 11”).
  2. Temu anak-anaknya.

Akhirnya morfem unik adalah morfem yang hanya dapat bergabung dengan satu morfem saja. misalnya: gulita hanya bergabung dengan morfem gelap, benderang hanya dapat bergabung dengan terang, jelita hanya dapat bergabung dengan cantik, dan sebagainya. Dengan demikian, di dalam bahasa Indonesia hanya ada gabungan terang benderang, gelap gulita, dan cantik jelita.

Dengan titik tolak ini dapatlah kemudian diketahui kemungkinan-kemungkinan struktur elemen-elemen pembentuk kata majemuk bahasa itu. Kemungkinan-kemungkinan itu adalah seperti berikut ini.

  1. kata + kata
  2. kata + pokok kata
  3. pokok kata + kata
  4. kata + akar
  5. akar + kata
  6. kata + morfem unik
  7. pokok kata + pokok kata

  1. Kata majemuk berstruktur kata + kata
Kata majemuk berstruktur kata + kata tidak begitu sukar ditemui di dalam bahasa Indonesia tangan kanan, panjang tangan, kamar mandi, rumah sakit, dan sebagainya adalah kata majemuk-kata majemuk yang tergolong ke dalam tipe ini. Contoh :
1)      Rumah sakit ternama di Kota Bandung, adalah tempatnya mengabdi (Swadaya, 2010, 11).

  1. Kata majemuk berstruktur kata + pokok kata
Di dalam bahasa Indonesia ada kata majemuk siap tempur, kuda balap, mobil balap, jam kerja, dan sebagainya seperti contoh dalam kaliamat di bawah ini.
1)      Jam kerja bagi pegawai negeri akan diperpanjang (“wikipedia, 2010, 11”).

  1. Kata majemuk berstruktur pokok kata + kata
Kata majemuk balap mobil, lomba panah, perang tombak, perang mulut, dan sebagainya adalah kata majemuk yang berstruktur pokok kata + kata. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini .
1)      Kami akan menyaksikan balap mobil di Sentul minggu depan (“wikipedia, 2010, 11”).
2)      Lomba panah tidak dipertandingkan dalam kejuaraan ini.

  1. Kata majemuk berstruktur kata + akar
Kata majemuk daya juang, daya tempur, merupakan 2 contoh kata majemuk yang berstruktur kata + akar. Adapun contoh penggunaannya adalah kalimat di bawah ini.
1)      Daya juang pemuda itu tidak pernah surut (“Wikipedia, 2010, 11”).
2)      Pesawat itu memiliki daya tempur yang cukup mengagumkan.
Agaknya kata majemuk tipe ini tidak terlalu banyak jumlahnya di dalam bahan Indonesia sehingga untuk mencari contohnya yang lain tidak begitu mudah.

  1. Kata majemuk berstruktur akar + kata
Dari akar kata temu dapat dibuat sejumlah kata majemuk berstruktur akar + kata seperti temu karya, temu ilmiah, temu muka, temu alumni, dan sebagainya seperti yang digunakan dalam kalimat berikut ini.
1)      Temu karya itu tidak jadi diselenggarakan (“wikipedia, 2010, 11”).
2)      Fakultas sastra akan mengadakan temu ilmiah di Cisarua.

  1. Kata majemuk berstruktur kata + morfem unik
Kata majemuk terang benderang, cantik jelita, gelap gulita, gegap gempita, dan sebagainya. Yang terdapat dalam kalimat di bawah ini merupakan kata majemuk yang berstruktur kata + morfem unik.

1)      Hari ini cuaca terang benderang (“wikipedia, 2010, 11”).
2)      Ia melihat gadis yang cantik jelita.

  1. Kata majemuk berstruktur pola kata + pokok kata
Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata majemuk serah terima, jual beli, candak kulak, timbang terima, dan sebagainya . Apabila diamati elemen-elemennya, maka kata majemuk ini tergolong berstruktur elemen pokok kata + pokok kata. Untuk ini, dapat diperhatikan kalimat di bawah ini .

1)      Serah terima jabatan Kapolda DIY akan dilakukan pagi ini (“wikipedia, 2010, 11”).
2)      Jual beli kendaraan bekas sekarang ini semakin meningkat.



v  Tipe konstruksi kata majemuk
Tipe konstruksi ini bersangkutan dengan kedudukan unsur-unsur kata majemuk. Secara sederhana kata majemuk-kata majemuk itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:

1)      Kata majemuk setara
            Kata majemuk setara adalah kata majemuk yang unsur-unsur pembentuknya memiliki kedudukan yang sama, seperti kaki tangan, gegap gempita, serah terima, dan sebagainya. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.
a)      Sorak sorai penonton gegap gempita di lapangan sepak bola (Galamedia, 2010, 03)
b)      Apakah serah terima jabatan bupati sudah dilaksanakan?
Unsur kaki dan tangan, gegap dan gempita, serah dan terima pada kata majemuk di atas memiliki kedudukan yang sama. Contoh lain misalnya: peluk cium, tabrak lari, remuk redam, dan sebagainya.

2)      Kata majemuk tak setara
Kata majemuk tak setara adalah kata majemuk yang dibentuk dari unsur-unsur kata tak setara. Salah satu unsur kata majemuk itu kedudukannya lebih tinggi daripada yang lain, seperti kamar mandi, tangan kanan, makan hati, kambing hitam, meja hijau, dan sebagainya seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.
a)      Tangan kanan pemerintah sudah tidak dapat diandalkan.
b)      Karena kejahatannya ia diseret ke meja hijau.

Kata kamar, tangan, makan, kambing, dan meja pada contoh di atas merupakan unsur yang kedudukannya lebih tinggi, sedangkan unsur-unsur yang mengikutinya, yakni mandi, kanan, hati, hitam, dan hijau hanya sebagai unsur penjelas atau penerangnya.



IV. Kajian data

Pada dasarnya penyusun sependapat dengan teori yang diungkapkan M. Ramlan bahwa kata majemuk itu merupakan gabungan dua buah kata yang membentuk suatu kata baru. Contoh :

  1. Rumah makan yang baru itu telah dibuka.

Walaupun strukturmya agak longgar, namun sering dipakai sebagai satu kesatuan arti, di samping itu keterangannya juga menerangkan keseluruhan. Pada kalimat Rumah makan yang baru, ‘yang baru’ bukan hanya rumah saja atau makan saja, tetapi seluruh kesatuan itu. Kemudian menurut ciri yang di ungkapkan M. Ramlan pula bahwa unsur-unsur pembentuk kata majemuk itu tidak bisa dipisahkan atau disela kata lain. Seperti : rumah (itu) makan atau rumah (itu sedang di-) makan. Semua itu akan menghasilkan stuktur bahasa yang tidak logis. Maka dapat di katakan bahwa rumah makan merupakan kata majemuk.

V. Kesimpulan
Berdasarkan contoh diatas terdapat kecocokan antara teori yang diungkapkan M. Ramlan dengan data yang tadi disebutkan bahwa pemajemukan adalah proses penggabungan dua buah kata yang membentuk sebuah kata baru. Selain itu penempatan unsur inti pada kata majemuk, biasanya terdapat di bagian depan. Seperti pada kata rumah makan, yang menjadi unsur intinya adalah rumah dan makan adalah unsur penjelasnya.


VI. Rekomendasi
Rekomendasi atau saran untuk penulis bahwa yang dimaksud pemajemukan bukan hanya pembentukan kata baru tetapi juga arti yang di timbulkan dari penggabungan tersebut. Seperti kata rumah makan, mengandung arti yang baru setelah proses pemajemukan dari kata rumah dan kata makan  yang sebelumnya mempunyai arti tersendiri. Selain itu  penempatan unsur inti suatu kata tidak selalu berada di depan. Ada kata–kata  yang termasuk kata majemuk yang penempatan unsur intinya terdapat di belakang. Seperti : adipura dan adikarya .










Daftar pustaka
²  Galamedia, 2010, “Uji kelayakan Persib juara”.
²  Ramlan, M., 1985, Morfologi : suatu tinjauan deskriptif, Yogyakarta : C.V. Karyono.
²  Samsuri, 1978, Analisa Bahasa, Jakarta : Erlangga.
²  Swadaya, 2010, “anak nakal” kaya prestasi, Bandung : Daarut tauhid.
²  Wikipedia, 30-11-2010, “Komposisi atau Pemajemukan”.